Jakarta, SimaNews – Demonstrasi menolak kudeta di Myanmar semakin memanas. Sebanyak 18 orang demonstran dilaporkan tewas diduga akibat kekerasan yang dilakukan aparat.
Dikutip dari Channel News Asia, massa pengunjuk rasa di berbagai bagian Yangon dilaporkan menghadapi serangkaian serangan dari petugas kemanan, seperti gas air mata, peluru karet, hingga granat setrum.
Sejumlah demonstran juga tampak mengenakan helm plastik dan perisai darurat untuk berhadapan dengan polisi dan tentara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa setidaknya ada 18 orang yang tewas setelah polisi Myanmar berusaha membubarkan pengunjuk rasa di seluruh negeri.
PBB pun menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan yang tegas terhadap krisis di Myanmar.
“Polisi dan pasukan militer telah menghadapi demonstrasi damai, tapi menggunakan kekuatan yang mematikan–menurut informasi yang dapat dipercaya yang diterima oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB–telah menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 luka-luka,” kata kantor Hak Asasi Manusia PBB.
Diketahui bahwa Myanmar tengah berada dalam kericuhan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan Pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pejabat partainya pada 1 Februari lalu, dengan tuduhan adanya kecurangan dalam pemilu November 2020, yang dimenangkan partai NLD secara telak.
Kudeta di Myanmar, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah memicu protes oleh ratusan ribu orang dan kecaman dari negara-negara Barat. *
SIMANEWS.COM, Jakarta - Perang di Ukraina kini masih berkobar, invasi Rusia ke Ukraina sudah memasuki hari ke-13, Selasa (8/3/2022). Krisis kemanusiaan yang dialami Ukraina semakin...
Read moreCopyright © 2020 Sima News | All rights reserved. | Developed: by Kebon Jasa